Monday, November 2, 2009

Pengamatan Lapangan

Lokasi pengamatan lapangan dilakukan di 8 (delapan) kawasan permukiman Perdesaan potensial yang dapat mewakili karakteristik permukiman Perdesaan di Indonesia yaitu Kab. Simalungun, Kab. Bangka, Kab. Bogor, Kab. Karang Anyar, Kab. Minahasa Selatan dan Kab. Buleleng, Kab. Lombok Timur dan Kab. Belu.

Yang ditampilkan di halaman ini hanya gambaran umum kawasan saja. Aspek lain yang diamati seperti; kategori kawasan, proses penetapan kawasan, kebutuhan penyediaan infrastruktur, kewenangan pengelolaan infrastruktur, pola dan tata cara pengelolaan infrastrukur, pembiayaan dan investasi, dan terakhir peran-serta masyarakat, dapat dilihat di Buku Laporan Akhir pekerjaan ini.

1. AGROPOLITAN DATARAN TINGGI BUKIT BARISAN SUMATERA UTARA (DTBB-SU), KAB. SIMALUNGUN, PROV. SUMATERA UTARA
Topografi Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan bervariasi dari kondisi datar hingga curam berkisar antara 15% –60 %. Kawasan Agropolitan tersebut terletak pada daerah dataran hingga bergelombang yang pada umumnya merupakan lereng bawah gunung dan daerah aliran sungai (DAS). Oleh karena itu, daerah ini merupakan kawasan resapan air. Kawasan Agropolitan ini merupakan kawasan budidaya yang peruntukannya untuk budidaya pertanian.

Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan mempunyai iklim tropis dengan curah hujan per tahun rata-rata tercatat sebesar 2.000 mm sampai 2.100 mm, sedang curah hujan tinggi berkisar antara 2.000 sampai 4.500 mm berlangsung sepanjang tahun. Iklim tropis tersebut menjadikan kondisi alam Kawasan Agropolitan sangat subur dan mengandung keanekaragaman kekayaan sumber daya alam yang potensial sebagai modal dasar pembangunan dan potensi investasi yang menjanjikan. Disamping itu lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan dan perkebunan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian. Disamping itu agroklimat dataran tinggi di kawasan Agropolitan DTBB-SU cocok untuk pengembangan pertanian tanaman hortikultura.

Sumberdaya manusia yang terdapat di kawasan agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara (DTBB-SU) adalah penduduk lokal. Jumlah penduduk di Propinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 20 tahun terakhir rneningkat dengan cukup pesat meskipun angka pertumbuhan penduduk terus mengalami penurunan.
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian dalam sektor pertanian yaitu sebesar 60 %, baik sebagai petani pemilik lahan, petani penggarap maupun buruh tani, diikuti sektor perdagangan dan jasa yaitu 20% dan pegawai negeri sebesar 20 %.

Peta Kawasan Agropolitan DTBB-SU

2. MINAPOLITAN SALEPLIAT, KAB. BANGKA SELATAN, PROV. BANGKA BELITUNG
Kawasan Agro/Minapolitan Salepliat terletak di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan dengan Luas ± 3.607,08 Km2 (360.708 Ha). Secara administratif Wilayah Kab. Bangka Selatan berbatasan dengan :
  • Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Bangka Tengah
  • Sebelah Selatan Berbatasan dengan Laut Jawa
  • Sebelah Timur berbatsan dengan Selat Gaspar
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bangka
Kawasan pengembangan minapolitan nya adalah
  • Sadai
  • Pulau Lepar
  • Pulau Liat
  • Kec. Lepar Pongok
  • Kec. Tukak Sadai
Komoditas ungulan yang sangat cocok untuk dikembangkan di kawasan ini antara lain :
  • Komoditas Unggulan Kawasan Budi Daya Laut; KJA Kerapu Sunu, Tiger, dan Rumput Laut, Teripang, Kerapu Tiger, Bebak dan pembesaran ikan karang berbagai jenis hasil tangkapan Bubu serta Penyu Hijau Alami.
  • Kawasan Unggulan Masyarakat Pesisir Salepliat. Siput Gonggong, Udang Kipas, Lobster, Kepiting/Rajung, Kerang, Teripang Pasir, dan ikan tenggiri dan kakap merah
  • Kondisi Habitat Ekosistem Perairan Karang Salepliat; Ditetapkan sebagai Kawasan Konversi SALEPLIAT dan sebagai tempat pelaksanaan pelatihan Social Diving.
Peta Kawasan Minapolitan Salepliat

3. AGROPOLITAN LEUWILIANG, KAB. BOGOR, PROP. JAWA BARAT
Kawasan Agropolitan di Kabupaten Bogor berdasarkan Masterplan yang sudah dibuat, maka kawasan agropolitan salah satunya dipusatkan di Kawasan Agropolitan Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Kecamatan Leuwiliang khususnya 5 desa yang merupakan kawasan Agropolitan memiliki topografi yang relative berombak sampai bergunung dengan kemiringan lereng antara 15% sampai dengan 25%, dengan ketinggian antara 350 – 650 m dpl.

Sesuai dengan kondisi iklim di Wilayah Bogor, kawasan Agropolitan di Kabupaten Bogor didominasi oleh iklim hujan dengan curah hujan yang relatif tinggi sehingga secara tidak langsung sangat menguntungkan dalam produksi komoditas manggis sebagai komoditas unggulan.

Berdasarkan struktur Mata Pencaharian di wilayah perencanaan, menunjukan bahwa secara umum sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa. Presentase jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian antara tahun 2000-2003 sebesar 64%, sedangkan presentase jumlah penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan sebesar 16%. Dari pola sebaran secara spasial dari mata pencaharian, lebih didominasi pada beberapa kecamatan, antara lain Kecamatan Cigudeg, Jasinga, Cibungbulang, Leuwiliang dan Pamijahan. Penduduk di Kecamatan Cigudeg dan Jasinga, mata pencaharian utamanya kebanyakan bekerja sebagai petani buah-buahan dan tanaman tahunan lainnya, sedangkan di Kecamatan Cibungbulang, Leuwiliang dan Pamijahan selain banyak petani tahunan, juga banyak ditemukan petani holtikultura dan palawija serta peternak ikan tawar.

4. AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH, KAB. KARANG ANYAR, PROP. JAWA TENGAH
Kawasan agropolitan ini meliputi 5 kecamatan yaitu Matesih, Ngargoyoso, Tawangmangu, Jenawi dan Karangpandan. Kawasan SUTHOMADANSIH memiliki luas keseluruhan sebesar 25.183,1 Ha.

Kawasan Agropolitan SUTHOMADANSIH terletak di bagian timur laut Kabupaten Karanganyar. Sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian dan peternakan. Dengan kesuburan tanah yang baik dan didukung agroklimat yang sesuai, komoditas unggulan yang dihasilkan antara lain meliputi:
  • Komoditi unggulan utama : hortikultura sayuran yaitu wortel (121.930 ton/ha), kobis(11.667 ton/ha), sawi (11.540 ton/ha)
  • Komoditi unggulan pendukung, meliputi:padi (19.779 ton/ha), ubi jalar (2.891 ton/ha),pisang (9.677,1 ton/ha), alpokat (2.326,5 ton/ha), durian ( 1.095,6 ton/ha), nangka (5.203,6 ton/ha), jahe (888,75 ton/ha), cengkeh (321,70 ton/ha), kunyit (300 ton/ha) dan Peternakan ayam buras (128.980 ekor/th), sapi (7.456 ekor/th).
Komoditi utama wortel akses pemasarannya ke Kota Solo, Sragen, Sukoharjo. Komoditi sayuran ini juga sampai ke Pulau Batam, dan telah dilakukan secara rutin 10 cotainer tiap bulan.
Industri rumah tangga di SUTHOMADANSIH yang berupa home industri sudah mulai berkembang. Pengolahan tanaman obat yang berupa simplesia sudah dilakukan oleh masyarakat maupun Balai Pengolahan Tanaman Obat. Selanjutnya hasil olahan tersebut, dapat langsung dijual pada konsumen berupa produk instant atau kepada pengepul untuk dipasarkan ke pabrik jamu Air Mancur. Sedangkan untuk komoditi wortel saat ini sudah ada kontrak dengan Propinsi Batam dengan pengiriman sebesar 10 ton/bulan.
Komoditi buah yang unggul di Kawasan SUTHOMADANSIH menggunakan benih unggul dari hasil seleksi setempat (Balai Benih Tanaman Buah) yang bekerjasama dengan OISCA (suatu badan yang bergerak di bidang pertanian milik Pemerintah Jepang).
Kawasan Agropolitan SUTHOMADANSIH didukung pula oleh potensi yang dimilikinya yaitu potensi sektor pariwisata berupa wisata alam (Grojogan Sewu, Grojogan Seko) wisata budaya (Candi Sukuh dan Candi Cetho). Kondisi tersebut sangat menguntungkan bagi pemasaran hasil pertanian dimana konsumen mendatangi kawasan agropolitan SUTHOMADANSIH sekaligus mereka menikmati wisata yang ada disana.

Peta Kawasan Agropolitan Suthomadansih

5. AGROPOLITAN PETANG, KAB. BADUNG, BALI
Secara topografi bentangan kec. Petang secara umum letaknya cukup jauh dari pantai dimana berada pada ketinggian <> 700 meter di atas permukaan laut. Kec. Petang yang merupakan salah satu wilayah di kab. Badung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan terdapat musim kemarau dan hujan. Faktor ketinggian tempat menentukan besarnya curah hujan sehingga curah hunan tertinggi berada d pegunungan. Desa-desa yang ada sebagian besar dekat dengan perbukitan akan menunjukkan kontribusi curah hujan yang tinggi.

Berdasarkan mata pencaharian penduduk di kec. Petang dirinci menurut lapangan usaha dimana bertumpu pada sektor pertanian tanaman pangan sebanyak 14.125 jiwa, di bidang perternakan sebanyaj 2.372 jiwa, di bidang perkebunan sebanyak 359 jiwa, di bidang perdagangan sebanyak 806 jiwa, di bidang industri sebanyak 170 jiwa, si bidang angkutan dan komunikasi sebanyak 182 jiwa, di biadang bank/lembaga keuangan sebanu\yak 158 jiwa, di biadang pemerintahan dan jasa sebanyak 366 jiwa.

Di kec. Petang sektor pertanian menghasilkan beberapa jenis komoditas meliputi : padi sawah, jagung, kacang tanah dan ubi-ubian.
Peta Kawasan Agropolitan Petang
6. MINAPOLITAN TATAPAAN, KAB. MINAHASA SELATAN, PROP. SULAWESI UTARA
Secara administratif, Kawasan Tatapaan berada di Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan. Secara keseluruhan total luas wilayah kecamatan adalah 19.870 atau 198 km2. dengan total jumlah penduduk 8304 orang. Wilayah kecamatan ini yang berada di pesisir ini memiliki 3 pulau yaitu Pulau Tatapaan, Pulau Burung dan Pulau Cepatu yang tidak berpenghuni. Jumlah desa yang ada di kecamatan ini adalah 11 desa.

Secara umum, masyarakat yang ada di Kawasan Tatapaan memiliki kebiasaan yang sama dalam bekerja, yaitu memilih untuk berkebun bila kondisi laut sedang tidak bersahabat. Namun, tidak seluruh desa yang ada memiliki komoditas unggulan di bidang perikanan.

Peta salah satu desa dari kawasan minapolitan Tatapaan

7. AGROPOLITAN SIKUR, KAB. LOMBOK TIMUR, PROV. NTB

Kabupaten Lombok Timur berada disebelah timur Pulau Lombok. Berdasarkan kondisi perwilayahan, Kabupaten Lombok Timur mempunyai luas wilayah ± 160.555 Ha.

Ketinggian wilayah Kabupaten Lombok Timur bervariasi antara 0 m diatas permukaan laut pada daerah pantai sampai dengan 3.726 meter dpl. pada daerah pegunungan. Berdasarkan klasifikasi Topografi, maka untuk kelerengan antara 0 – 2% atau daerah yang datar mencakup kecamatan Jerowaru, Keruak, Labuhan Haji dan Kecamatan Pringgabaya dengan luas keseluruhan mencapai 25.760 Ha, Untuk wilayah dengan kelerengan antara 2 – 15% dan merupakan kreteria kelerengan yang dominan di Kabupaten Lombok Timur, mencakup wilayah Kecamatan Sakra, Sakra Barat, Sakra Timur, Selong, Sukamulia, Suralaga, Terara, Montong Gading dan Sikur.

Sektor yang memberikan pemasukan besar adalah pertanian dan perdagangan jasa, pada tahun 2000 berdasarkan nilai PDRB harga konstan 41,26 % . Potensi tanaman perkebunan potensial untuk jenis tanaman tembakau, pola pemasarannya melalui PT. BAT yang berfungsi sebagai penampung hasil tembakau masyarakat, dengan pola pengembangan kemitraan. PT BAT terdapat di Kecamatan Terara dan Sikur.

Peta Kawasan Agropolitan Sikur

8. AGROPOLITAN BETUN, KAB. BELU, NTT
Kawasan Agropolitan Betun terdiri dari : Kota Tani Utama yaitu kota Betun dan Pusat Satuan Kawasan Pertanian (Kawasan yang menjadi sentra produksi pertanian) meliputi : 8 Desa di wilayah adminitrasi Kecamatan Malaka Tengah yaitu : Desa Kakaniuk, Desa Bakiruk, Desa Wehali, Desa Umanen Lawalu, Desa Umakatahan, Desa Naimana, Desa Kletek, Desa Kamanasa ; 5 Desa di Kecamatan Weliman, yaitu : Desa Lamudur, Desa Wederok, Desa Laleten, Desa Haitimuk, Desa Kleseleon dan 4 Desa di Kecamatan Malaka Barat, yaitu : Desa Lasaen, Desa Maktihan, Desa Motaulun dan Desa Besikama.

Topografi Kawasan Agropolitan Betun berada pada kawasan dengan ketinggian 5 – 400 meter di atas permukaan laut. Mengingat area ketinggian kawasan tersebut, maka secara morfologis kawasannya berada pada wilayah pesisir pantai
dan dan dataran rendah dengan kelerengan yang relatif datar yaitu antara 0 – 15 % dan sebagian kecil 25 – 40 % .

Kawasan Agropolitan Betun umumnya memiliki suhu rata-rata 27,60 C dengan kisaran 21,50 – 33,750 C, dengan suhu tertinggi terjadi pada bulan Nopember dan suhu terendah pada bulan Agustus. Lama penyinaran bervariasi antara musim kemarau dan musim hujan. Penyinaran pada musim kemarau sebesar 84,6 % sedangkan pada musim hujan sebesar 68,1 %. Sebagai wilayah dari Kabupaten Belu, Kawasan Betun beriklim semiarid, dengan curah hujan rata-rata 87,33 mm/tahun sampai 104,33 mm/tahun dan jumlah hari hujan rata-rata 74 – 80 hari per-tahun. Dibandingkan dengan wilayah Utara Kabupaten Belu, maka kawasan Agropolitan Betun yang berada di wilayah Selatan Kabupaten Belu lebih subur dan mengandung keanekaragaman kekayaan sumber daya alam yang potensial sebagai modal dasar pembangunan dan potensi investasi yang menjanjikan. Disamping itu lahan-lahan pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan dan perkebunan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian.

Kawasan Agropolitan ini merupakan kawasan pengembangan komoditas Kakao dan pengembangan kawasan khusus tanaman pangan dengan komoditas Padi sawah, Kacang Hijau dan Kacang Tanah. Juga sedang dikembangkan komoditas perkebunan Jambu Mente.

Peta Kawasan Agropolitan Betun

No comments: